China meyakini mampu untuk mengatasi eskalasi perang dagang dengan Amerika Serikat (AS) sekaligus mencapai target pertumbuhan ekonomi mereka tahun ini. Juru bicara dari Komisi Pembangunan Nasional dan Reformasi Cong Liang menyebutkan, dampak perang dagang yang berpengaruh pada produksi industri, lapangan pekerjaan dan harga-harga konsumen dapat dikontrol melalui kebijakan-kebijakan fiskal yang proaktif serta kebijakan moneter yang berhati-hati. Pertumbuhan ekonomi China saat ini melambat menjadi 6,7 persen. Angka ini adalah yang terendah sejak 2016, lantaran pada kuartal ke II kali ini China menyerukan akan memotong tingkat utang mereka. Meski, pertumbuhan ekonomi tersebut masih di atas target tahunan yang sebesar 6,5 persen. Dikutip melalui Bloomberg, para pembuat kebijakan kali ini dihadapkan pada dilema antara memotong utang pemerintah sekaligus mendorong pertumbuhan ekonomi. Pertumbuhan fixed asset investment pun melambat, bahkan menjadi yang terendah selama 2 deade dalam 7 bulan pertama tahun ini. Pengeluaran untuk infrastruktur pun juga anjlok hingga seperempatnya dari tahun lalu. Data yang dikeluarkan pada Selasa (14/8/2018) juga menunjukkan pengeluaran pabrik, penjualan ritel, serta kredit pada bulan Juli, semuanya melesey dari perkiraan. Di bulan yang sama, harga rumah pun tercatat terus meningkat, dan menjadi laju peningkatan tercepat dalam 2 tahun, berdasarkan data yang dirilis pada Rabu (15/8/2018). Hal ini mempersulit pemerintah dalam mengendalikan harga tanpa memperburuk perlambatan pertumbuhan. Pembuat kebijakan pun memutuskan untuk mengambil langkah-langkah untuk mengindari perlambatan yang lebih parah. People's Bank of China (PBOC) telah memangkas reserve ratio untuk perbankan 3 kali dala seteahun ini. Langkah tersebut merupakan upaya untuk menyuntik likuiditas pada sektor-sektor yag ditargetkan. Ekonom pun berharap, PBOC kembali melakukan hal tersebut pada semester kedua tahun ini. Pemerintah juga telah meningkatkan belanja fiskal pada bulan Juni lalu. Meskipun dampak dari perang dagang masih sangat terbatas, namun kemungkinan adanya peningkatkan dapat melemahkan momentum pertumbuhan ekonomi China. Perdagangan dengan Eropa Cong mengatakan, pemerintah mampu untuk menghadapi ketegangan perang dagang yang terus meningkat. China terus membuka ekonomi, mendorong investasi asing langsung (foreign direct investment/FDI), serta menurunkan tarif. Perdagangan pun semakin intensif dilakukan oleh China kepada Uni Eropa dan Asia Tenggara. Ekspor China ke Eropa tumbuh 11,3 persen dalam 7 bulan pertama tahun ini. Adapun pengiriman produk ke Asia Tenggara berdasarkan data bea cukai setempat mencapai 17,9 persen.
0 Komentar